Informasi Seputar Desa Mlagen

Saturday, November 7, 2009

9 PENAMBANG TERKENA LONGSOR, 1 TEWAS

Lokasi longsoran tambang pasir kwarsa di perbukitan dusun Plangkringan desa Mojosari kec. Sedan, hari Sabtu. Tampak alat alat penambang tertinggal di tumpukan pasir kwarsa.

Slamet Riyadi berziarah ke makam rekannya Makruf yang meninggal dunia akibat terkena longsoran bukit.

Sedan – Untuk kesekian kalinya penambang liar menjadi korban meninggal dunia, saat bekerja di areal tambang perbukitan milik KPH Kebonharjo di dusun Plangkringan desa Mojosari kecamatan Sedan. Kawasan tersebut boleh jadi merupakan titik maut, karena berulang kali menelan korban nyawa manusia. Reporter R2B hari Sabtu menelusuri masalah tambang di desa Mojosari kec. Sedan dan terangkum dalam laporan berikut ini.

Jumat sore sekitar pukul 16.00 wib, sekitar 9 orang penambang pasir kwarsa di perbukitan dusun Plangkringan desa Mojosari terkejut oleh suara gemuruh longsoran batu campur pasir dari perbukitan setinggi 30 an meter.

Penambang yang berada dibawah bukit sontak langsung menyelamatkan diri. Hanya saja seorang penambang bernama Makruf (21 tahun) warga desa Karas kecamatan Sedan terkena material longsoran dan terkubur hidup hidup. Penambang bersama warga kemudian memberikan pertolongan, namun Makruf yang masih perjaka itu sudah tidak bernyawa.

Kedua orang tua korban Sadiq dan Warsini yang kebetulan tengah menggembala sapi di sekitar lokasi tambang tak kuasa menahan kesedihannya. Berulang kali mereka menjerit jerit, sembari terus ditenangkan oleh sejumlah tetangganya. Jenazah Makruf kemudian dibawa ke rumah duka dan dimakamkan pada Sabtu 00.30 dini hari.

Kepergian Makruf menyisakan duka yang mendalam, tak hanya bagi keluarganya. Namun kehilangan juga dirasakan oleh rekan rekannya.

Slamet Riyadi, salah satu teman korban mengatakan Makruf merupakan anak ke 2 dari 8 bersaudara. Ia memang berasal dari keluarga miskin yang tak kenal lelah berjuang menghidupi adik adiknya. Tak heran apabila Almarhum dikenal sebagai sosok pemuda yang rajin bekerja, ramah dan pandai bergaul. Sebelum menjadi penambang, Makruf juga tak malu bekerja menjadi kernet truk dan sempat pula mengamen di dalam bus. Itu semua untuk menopang kebutuhan keluarga, ditengah tengah beratnya himpitan ekonomi.

Tambang pasir kwarsa di perbukitan dusun Plangkringan desa Mojosari kecamatan Sedan sudah beroperasi semenjak zaman pemerintahan presiden Soeharto.

Awalnya tambang yang berizin dikelola oleh PT Indocemen atas rekomendasi dari pihak Perhutani. Hanya saja warga sekitar sempat melayangkan protes menuntut diberikan pekerjaan kepada pengelola tambang. Dari situlah warga kemudian diperbolehkan mengambil pasir kwarsa hingga sekarang. Tambang liar sebenarnya sudah lama berhenti, namun sesekali masih ada kegiatan ketika penambang mendapatkan pesanan pasir kwarsa. Dua hari sekali, seorang penambang bisa mendapatkan penghasilan antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, sebuah angka yang tidak sebanding apabila harus mempertaruhkan nyawa.

Saat Reporter R2B Sabtu pagi mendatangi lokasi yang berada di sebelah selatan desa Karas tersebut, tampak perbukitan kondisinya sudah rusak parah. Di titik longsoran, alat alat penambang seperti cangkul, sekop dan alat pengayak masih tertinggal, seakan akan menjadi saksi bisu kemurkaan alam.

Tokoh pemuda desa Mojosari kecamatan Sedan, Sidiq mengaku aktivitas penambangan pasir kwarsa memang sangat berbahaya. Seingat dia sudah ada 3 kali kejadian longsor yang mengakibatkan jatuhnya korban nyawa, termasuk peristiwa terakhir yang menimpa korban Makruf.

Warga berharap kepada pemerintah ada ketegasan untuk menutup lokasi tambang, supaya jangan sampai berdampak terhadap kelestarian lingkungan.

Sebelumnya kami sempat mewawancarai Administratur KPH Kebonharjo, Susilo Budi Wacono mengenai aktivitas penambangan liar di areal Perhutani. Dalam rangka mewujudkan Program Perhutani hijau 2010, pihaknya berupaya menutup sekitar 10 lokasi tambang liar.

Untuk tambang pasir kwarsa milik PT Indocemen di desa Karas Sedan memang sudah berizin, tetapi di sekitarnya masih ada penambang liar. Untuk itu kedepan harus segera ada reklamasi berupa penghijauan.

Selama ini pasir kwarsa atau pasir putih memang mempunyai nilai jual tinggi. Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir putih sudah berkembang luas sebagai bahan baku pembuatan gelas, kaca, semen dan tegel. Pasir kwarsa bermanfaat untuk masyarakat, tetapi akan lebih tepat apabila dalam pengambilannya juga harus memperhatikan keselamatan.


sumber : http://r2b.myadgame.com

Share:

0 komentar:

Post a Comment